Munculnya pola usaha peternakan agribisnis ayam broiler disebabkan oleh adanya tuntutan dari usaha itu sendiri. Namun, usaha ayam broiler mandiri tidak akan memberikan keuntungan yang maksimal jika hanya memperhatikan aspek budi dayanya saja.
Sistem ternak ayam broiler mandiri mengajak peternak memanfaatkan peluang pasar dalam memasarkan produksi ayamnya. Sebagai contoh, jika permintaan pasar tinggi, peternak dapat meningkatkan produksinya. Sebaliknya, ketika permintaan rendah, peternak bisa mengurangi produksinya sehingga harga jual produk bisa terjaga. Tentu saja semua itu membutuhkan informasi pasar yang akurat.
A. Perkembangan Agribisnis Ayam Broiler Peternakan ayam ras pedaging (broiler) mulai dirintis perkembangannya sejak tahun 1960 yaitu sejak dimulainya Program Bimas Ayam. Tahun 1970-1980, peternakan ayam ras mengalami pertumbuhan yang pesat dengan ditandai tumbuhnya investasi pada industri hulu (bibit, pakan, dan obat-obatan), hilir maupun usaha budi daya.
Perkembangan yang pesat tersebut belum diikuti dengan penataan perangkat hukum yang memadai sehingga timbul ketimpangan struktur antara usaha kecil dan besar, Oleh karena itu, periode 1980-1989 ditetapkan kebijakan Keppres No. 50 tahun 1981 tanggal 2 Nopember 1981 tentang pembinaan usaha peternakan ayam broiler modern. Kepres tersebut merupakan suatu upaya restrukturisasi usaha dan stabilisasi perunggasan, termasuk di dalamnya usaha peternakan ayam ras pedaging. Tahun 1990 telah dikeluarkan Keppres No. 22 tahun 1990 tentang kebijaksanaan pembinaan usaha peternakan ayam ras dengan mengatur bahwa usaha ayam ras diutamakan untuk usaha peternakan rakyat, yaitu perorangan, kelompok, dan koperasi. Adapun swasta nasional dalam usaha budi daya peternakan ayam ras harus bekerja sama dengan peternakan rakyat. Sejak saat itulah Peternakan ayam ras dengan konsep agribisnis mulai berkembang ditandai dengan pesatnya pertumbuhan ayam ras, termasuk ayam ras pedaging (broiler).
Berkembangnya usaha ayam broiler sangat tergantung aspek lain diluar budi daya, seperti perkembangan industri pakan, obat ternak, perusahaan kemitraan, atau poultry shop (PS) maupun berkembangnya industri pengolah daging ayam, restoran. dan rumah-rumah makan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi permintaan kebutuhan akan daging ayam broiler.
Peternakan Ayam Ras Broiler Dengan Konsep Agribisnis |
Tahun 1998 menjadi titik balik tumbuhnya industri perunggasan nasional. Tahun tersebut terjadi perubahan peta bisnis, yaitu tumbuhnya pola sistem kemitraan usaha ayam broiler yang dikembangkan, antara lain oleh PT Charoen Pokphand Group, Japfa Group, Sierad Group, dan Wonokoyo Group. Diperkirakan 70% peternak yang semula mandiri beralih ke sistem kemitraan agribisnis karena merasa lebih aman dari fluktuasi harga meskipun potensi keuntungan relatif sedikit.
Tahun 2000, pemerintah mengeluarkan Keppres No. 85 tahun 2000 yang menyatakan tidak berlakunya Keppres No. 22 tahun 1990. Dengan dicabutnya Keppres, masyarakat peternakan harus menengok UU No. 66 tahun 1967 dan PP No.6 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan kesehatan hewan. Tahun 2009 dikeluarkan UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan yang kini menggantikan UU No. 6 tahun 1967. Hingga tahun 2012 pemerintah masih terus mengupayakan penyusunan produk hukum sebagai pelaksanaan dari UU No. 18 tahun 2009.
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan semakin bebasnya perdagangan antar negara, semakin kuat desakan masuknya daging ayam mancanegara yang dikhawatirkan akan mengakibatkan terpuruknya kembali peternak, Penyebabnya adalah harga ayam potong menjadi rendah, sedangkan biaya pokok produksi semakin meningkat dengan meningkatnya harga makanan ayam potong yang sebagian besar masih impor. Meskipun tantangan globalisasi terasa berat, peluang memasuki pasar global masih ada. Faktanya, Japfa Comfeed Group dan Sierad Group berhasil melakukan ekspor produk ayamnya ke mancanegara. Japfa juga melakukan investasi di Vietnam dan India.
Saat ini , daging ayam merupakan daging favorit karena hampir semua orang di Indonesia suka makan daging ayam. Oleh karena itu, berbisnis ayam potong (broiler) merupakan peluang yang sangat bagus untuk dikembangkan. Meskipun beberapa waktu yang lalu bisnis ini mengalami kemunduran akibat adanya wabah flu burung sehingga banyak orang takut mengonsumsi daging ayam , ternyata kondisi itu tidak menyurutkan semangat para pelaku usahanya. dengan berlalunya isu flu burung, prospek beternak ayam broiler semakin cerah. Selain itu, jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi pangan bergizi menyebabkan permintaan terhadap daging ayam terus meningkat setiap tahun.
Peluang Usaha |
B. Peluang Usaha
Kegiatan agribisnis pada ayam broiler mempunyai prospek pasar yang sangat baik. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, kandungan kolesterol ayam broiler relatif lebih rendah sehingga relatif aman bagi penderita hipertensi di indonesia, harga relatif murah (dibandingkan daging sapi maupun kambing), dan mudah diperoleh karena sudah menyebar di seluruh wilayah tanah air. Di samping itu, komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional sehingga peluang yang baik ini menjadi lebih terbuka.
Meningkatnya jumlah penduduk, taraf pendidikan, dan pendapatan masyarakat turut memperlebar peluang usaha beternak ayam broiler. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan taraf pendidikan masyarakat, berarti kebutuhan konsumsi daging ayam broiler akan semakin besar. Peningkatan perkapita secara otomatis akan mendongkrak daya beli masyarakat. Tidak heran. sampai sejauh ini agribisnis ayam broiler berkembang pesat yang ditunjukkan dengan meningkatnya populasi ayam broiler.
Dari segi keuntungan, usaha ternak ayam broiler cukup memberikan keuntungan yang besar dalam waktu yang relatif singkat, sepanjang manajemen pemeliharaannya mengikuti prosedur yang tepat. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai B/C rata-rata lebih besar 1,2 baik pada usaha mandiri maupun pola kemitraan inti-plasma dan pola kemitraan poultry shop. Angka B/C sebesar 12 memiliki makna setiap 1 rupiah modal yang dikeluarkan dapat menghasilkan pendapatan 1,2 rupiah. Misalnya, total biaya produksi/pemeliharaan yang dikeluarkan selama 1 periode (rata-rata 35 hari) per 1.000 ekor adalah Rp26500.000. maka akan mendapatkan hasil sebesar Rp.26500000 x 1,2 = Rp31.800.000 atau keuntungan bersih yang diperoleh adalah Rp31.800.000 - Rp26.500.000 = Rp.5.300.000 dengan catatan performance (performa) produksi dan harga Jual ayam dalam kondisi bagus atau tinggi. Sebagai catatan, keuntungan budi daya ayam broller tidak bisa dihitung per periode. tetapi dihitung dalam satu tahun karena ada kalanya dalam satu tahun dalam periode tertentu untung besar, tetapi periode yang lain rugi ataupun impas.
Daging Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari masyarakat indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari produksi dan konsumsi daging masyarakat. Tahun 2011 dari total 2.554.200 ton produksi daging nasional sebesar 52,4% (1.337.900 ton) adalah daging ayam broiler. Adapun konsumsi dagingnya dari 5,5 kg/kapita/tahun. sekitar 65% (3,65 kg/kapita/tahun) adalah daging ayam broiler
Resiko Usaha |
C. Resiko Usaha
Sebelum memulai usaha sistem agribisnis ayam broiler. Peternak terlebih dahulu memahami beberapa risiko yang harus dihadapi. Hal tersebut penting untuk menumbuhkan mental yang kuat sehingga muncul keseriusan dalam beternak. Tidak sedikit orang yang gagal (gulung tikar) dalam menjalankan usaha ini disebabkan oleh tidak adanya totalitas (keseriusan) menjalankan usaha broiler. Pemahaman terhadap risiko,selain memperkuat mental. akan memunculkan kewaspadaan terhadap faktor masalah. Dengan demikian. Peternak bisa mengambil langkah antisipasi ketika berhadapan dengan masalah. Sebagai salah satu usaha yang bergerak dalam aspek budidaya. ternak broiler memiliki resiko yang cukup besar. Resiko dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti performance ayam, harga jual ayam yang fluktuatif (terkadang berada di bawah harga BEP). lingkungan sosial. dan aspek nonteknis.
1. Performance Ayam
Performance Ayam dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain penyakit, kondisi cuaca, kualitas DOC, dan kualitas pakan yang fluktuatif, dan manajemen pemeliharaan. Manajemen pemeliharaan merupakan faktor terbesar (sekitar 50%) yang mempengaruhi performance ayam.
Performance berhubungan dengan break evenrpoint (SEP) atau biaya pokok produksi. Semakin bagus performana. berarti biaya produksi semakin kecil sehingga keuntungan semakin besar. Biasanya yang menjadi patokan utama adalah FCR karena 70% biaya produksi adalah pakan.
Usaha bisa mengalami kerugian Jika performance jelek seperti FCR bengkak karena tingkat kematian yang tinggi. Akibatnya biaya yang ditebarkan untuk membayar pakan tidak sebanding dengan bobot ayam yang dihasilkan sehingga terjadi kerugian.
2. Fluktuasi Harga
Mau tidak mau. suka atau tidak suka, Fluktuasi harga merupakan masalah yang harus dihadapi peternak broiler tiap tahunnya. Kondisi ini harus dipahami terlebih dahulu sebelum beternak. Jangar sampai terjadi shock berlebihan saat dihadapkan pada masalah tersebut. Contoh, usaha bisa rugi Jika harga ayam hidup (live bird) rendah sehingga hasil penjualan ayam tidak bisa menutupi biaya yang telah dikeluarkan karena masih di bawah biaya pokok produksi [di bawah harga BEP].
3. Aspek Lingkungan Sosial
Aspek lingkungan sosial sering ditemui dalam usaha peternakan, seperti pencurian dan demo masyarakat karena pencemaran yang dihasilkan dari usaha broiler (bau, lalat, dan jalan rusak). Meskipun terlihat sepele, risiko ini berpengaruh besar atau dapat mengancam kelangsungan usaha peternakan.
Kandang Menjadi Sumber Masalah |
Aspek nonteknis dapat diartikan sebagai aspek yang tidak bisa diprediksi atau force major, seperti bencana alam (banjir dan gempa), Adapun bencana yang bukan termasuk force major, yaitu kebakaran. Kebakaran umumnya disebabkan oleh kekurang waspadaan, misalnya kurangnya kontrol terhadap pemanas dan instalasi listrik
D. Sistem Usaha
Secara garis besar terdapat tiga sistem usaha ternak broiler yang berkembang di masyarakat. yaitu mandiri. Semi mandiri dan kemitraan. Masing-masing sistem usaha tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Sistem Mandiri
Sistem mandiri adalah sistem agribisnis ayam broiler dengan modal sepenuhnya ditanggung peternak. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja, dan sarana produksi ternak (DOC, pakan, serta OVK/obat, vitamin, dan vaksin) serta memasarkan sendiri ternaknya, baik ternak hidup maupun dalam bentuk karkas [daging).
Keunggulan dari sistem ini adalah keuntungan bisa lebih maksimal karena harga sapronak bisa lebih murah. Peternak bebas memilih jenis sapronak yang diinginkan, seperti strain DOC, merek pakan, dan OVK sehingga kualitasnya juga bisa lebih terjamin (tergantung kondisi permodalan). Harga Jual ayam juga bisa lebih tinggi karena biaya pemasaran lebih rendah. Agar bisa menjalankan usaha broiler dengan sistem mandiri. ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.
a. Kekuatan modal
Sebelum memutuskan beternak broiler dengan sistem mandiri, peternak harus mempersiapkan modal terlebih dahulu. Jumlahnya pun cukup besar. Jangan sampai usaha berhenti di tengah jalan karena kekurangan modal. Modalnya meliputi biaya sewa atau biaya pembuatan kandang. pembelian sapronak serta biaya operasional
b. Keterampilan Beternak
Keterampilan beternak mutlak sudah dikuasai peternak. Berbeda dengan sistem kemitraan. baik atau buruknya performance dalam Sistemmandiri ditanggung sendiri dan tidak ada bimbingan dari ahlinya. Dengan demikian, taruhannya adalah modal yang telah dikeluarkan. Bisa jadi modal habis, bahkan tidak kembali jika performance broiler buruk. Selain itu, peternak dapat mencegahnya dari kecurangan yang dapat dilakukan oleh pekerja kandang atau anak kandang.
c. Kemampuan Memasarkan (Pengetahuan Tentang Pasar)
Pemasaran merupakan bagian penting dalam rangkaian beternak broiler. Percuma berternak mandiri jika produk yang dihasilkan tidak dapat dijual. Jika hal itu terjadi, ujung-ujungnya adalah kerugian. Selain, sesuaikan jumlah ternak yang dipelihara dengan kemampuan penjualan dan hindari waktu panen yang terlalu lama karena dapat mengakibatkan permormance ayam turun.
d. Jaringan Bisnis
Membangun jaringan bisnis diperlukan untuk memperlancar proses persiapan produksi, produksi, dan pemasaran. Jaringan bisnis dapat dibangun dengan menyuplai DOC, penyuplai pakan pakan, penyuplai OVK, dan para tengkulak, broker, atau penjual ayam. Semakin banyak dan kuat jaringan, semakin mudah menjalankan usaha. Jangan sampai usaha dijalankan, tetapi belom tau tempat mendapatkan sapronak yang murah, tempat menjual ayam, dan ukuran ayam yang diterima pasar setempat sehingga biaya produksi menjadi tidak efesien.
Pekerja Kandang |
Sistem semimandiri merupakan sistem beternak broiler dengan modal, proses produksi. Dan pemasaran tidak sepenuhnya dilakukan sendiri oleh peternak. tetapi ada beberapa unsur yang dibantu oleh pihak lain.
Perbedaan sistem semimandiri dengan sistem mandiri adalah ada unsur kerja sama antara peternak dengan perorangan atau perusahaan yang bergerak dalam usaha pengadaan sapronak dan pemasaran hasil. seperti poultryshop atau perusahaan atau toko yang menjual sapronak unggas Misalnya. peternak membeli DOC, OVK. dan sebagian pakan (misalnya pakan sampai umur 14 hari) dengan modal sendiri atau dbeli secara tunai. Kekurangan pakannya [pakan hari ke-15 sampai panen) dbantu oleh pihak kedua (perorangan atau poultry shop). Adapun pemasaran ayam dapat diakukan sendiri atau dibantu oleh pihak kedua tersebut. Hutang pakan (pakan yang belum dibayar) akan dibayar setelah panen selesai.
Keunggulan dari sistem ini adalah modal yang dikeluarkan kedua belah pihak tidak terlalu besar. Risiko peternak adalah kerugian ditanggung sendiri, Adapun risiko dari pihak kedua adalah peternak bisa saja tidak membayar utang saat mengalami rugi. Oleh karena itu, sistem ini hanya dilakukan oleh orang yangsudah dipercaya atau peternak telah menyimpan jaminan dengan jumlah tertentu kepada pihak kedua.
3. Sistem kemitraan
Sistem kemitraan ayam broiler dapat diartikan sebagai kerja sama dalam bidang budidaya ayam broiler antara dua pihak, yaitu perusahaan inti dengan peternak plasma. Bentuk kerja sama yang umum diakukan adalah perusahaan inti (dibeberapa daerah diakukan oleh poultry shop) bertindak sebagai penyedia sapronak (DOC, pakan, vaksin, dan medikasi). Adapun peternak plasma bertanggung jawab melaksanakan kegiatan beternak hingga menjadi ayam broiler yang siap dipanen.
Prinsip dasar kemitraan adalah kerja sama saling menguntungkan karena kedua belah pihak saling membutuhkan. Pihak perusahaan inti memperoleh keuntungan dari penjualan sapronak. sedangkan pihak mitra memperoleh modal dalam bentuk kredit sapronak.
Sistem kemitraan mulai marak sekitar akhir 1998. Ada beberapa pola kemitraan yang sampai saat ini berkembang di masyarakat, yaitu kemitraan sistem kontrak sistem bagi hasil, dan sistem maklun.
- Sistem Kontrak
Konsep kemitraan dengan sistem kontrak atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sistem kemitraan adalah perusahaan inti berkewajiban menyediakan sapronak (pakan, DOC, dan OVK) dan tenaga pembimbing teknis (PPL dokter hewan). sedangkan peternak yang bertindak sebagai mitra berkewajiban menyediakan kandang, peralatan, operasional dan tenaga kerja. Kerja sama tersebut dituangkan dalam dokumen kontrak yang disepakati kedua belah pihak isi dokumen kontrak tersebut antara lain kontrak harga sapronak harga jual ayam. bonus prestasi, dan SOP atau aturan main kerja samanya.
Keuntungan dari sistem kontrak adalah peternak mendapat jaminan pemasaran dan kepastian harga ayam. selain mendapat bantuan modal kredit sapronak dan bimbingan teknis. Peternak hanya fokus dalam beternak dan berusaha semaksimal mungkin agar performance ayam optimal. Peternak tidak memikirkan fluktuasi harga karena yang dipakai dalam perhitungan laba rugi adalah harga kontrak. Kelemahan sistem kontak adalah keuntungan peternak relatif lebih tipis karena ada tambahan harga sapronak (untuk keuntungan inti). Selain itu, ketika harga di atas nilai kontrak. harga ayam dalam perhitungan rugi laba tetap menggunakan harga kontrak yang berlaku meskipun biasanya ada kebijaksanaan dari inti (tergantung kesepakatan/kontrak awal)
DOC Pokphand Jaya Farm
- Harga pasar ayam hidup jatuh Jauh di bawah harga pokok produksi inti. Pihak inti tidak bisa menurunkan harga garansi karena inti sudak terikat kontrak harga sebelum proses pemeliharaan dimulai.
- Peternak mitra berbuat curang dengan memanipulasi hasil panen, menjual ayam tanpa sepengetahuan pihak inti, dan memakai sebagian sapronak dari luar (bukan dari inti sesuai dengan perjanjian)
- Peternak tidak mau membayar hutang saat mengalami kerugian yang menimbulkan adanya hutang dari mitra kepada inti.
- Performance ayam jelek karena sakit atau pertumbuhan tidak optimal sehingga hasil penjualan ayam tidak bisa menutupi hutang sapronak dan penjualan ayam adalah kerugian peternak yang harus dilunasi kepada pihak inti. Selain itu, mitra rugi dari biaya operasional yang telah terpakai.
- Terjadi pencurian atau bencana lain yang disebabkan oleh kelalaian peternak mitra. Untuk kejadian yang disebabkan oleh kelalaian, pihak mitra tetap berkewajiban membayar hutang sapronak kepada inti.
- Terjadinya force major, seperti gempa bumi dan banjir bandang yang menyebabkan semua atau sebagian besar ayam mati. Biasanya dalam keadaan force major , mitra tidak berkewajiban membayar kerugian. kedua-duanya rugi. Mitra rugi biaya operasional, sedangkan perusahaan inti rugi karena sapronak yang telah dikeluarkan tidak dibayar. Ketentuan ini biasanya sudah dituangkan dalam pasal di dalam perjanjian kerja sama yang telah disepakati bersama.
- Kondisi ayam sakit sehingga harga jual ayam jauh di bawah dari harga kontrak. Meskipun ada perjanjian potong harga jika ayam sakit, terkadang besarnya potongan belum bisa menutupi kerugian bagi inti. Demikian juga bagi mitra, kondisi ayam sakit (FCR memengkak) mengakibatkan penjualan ayam tidak bisa menutupi hutang sapronak.
- Perusahaan inti bertanggung jawab untuk menyediakan sarana produksi, seperti DOC, pakan, OVK (Obat, vaksin, dan vitamin) kepada peternak plasma.
- Plasma bertanggung jawab menyediakan sarana dan prasarana kandang beserta perlengkapannya, termasuk biaya operasional dan tenaga kerja untuk pemeliharaan sapronak di luar perjanjian yang sudah disepakati.
- Plasma tidak diperkenankan menggunakan tambahan sapronak di luar perjanjan yang sudah disepakati.
- Perusahaan inti berkewajiban untuk memasarkan kembali seluruh hasil panen dari sapronak yang dibudidayakan oleh peternak plasma tersebut dengan harga jual yang telah disepakati kedua belah pihak.
- Status sapronak yang didapat oleh peternak plasma adalah hutang dari perusahaan inti dengan diterapkannya harga beli kontrak. Adapun status ayam yang dipanen adalah piutang peternak plasma kepada perusahaan inti dengan diterapkannya harga jual bergaransi.
- Sistem Bagi Hasil
Kemitraan dengan sistem bagi hasil adalah suatu bentuk kemitraan dengan inti menyediakan sapronak. sedanng peternak mitra menyediakan kandang, operasional dan tenaga kerja Pemasaran dilakukan oleh inti ataupun bersama-sama tergantung kesepakatan.
Perbedaan sistem bagi hasil dengan sistem kontrak adalah harga sapronak sistem bagi hasi didasarkan harga pasar aktual (harga eceran tertinggi). Pembagian keuntungan juga dihitung dari hasil penjualan ayam sesuai harga pasar dikurangi biaya yang dikeluarkan kedua belah pihak, Besarnya persentase keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Jiia mengalami kerugian. Kedua belah pihak menanggung kerugian secara bersama-sama sesuai kesepakatan.
Keuntmgan sistem ini adalah adanya rasa tanggung jawab dari kedua belah pihak. pihak inti memperoleh keuntungan dari penjualan sapronak. dan pihak mitra mendapat pinjaman modal berupa sapronak serta bantuan pembinaan teknis pemeliharaan. Kelemahan sistem ini adalah rawan adanya ketidakjujuran. terutama masalah biaya yang telah dikeluarkan. Peternak mitra turut menanggung kerugian jika harga jual di bawah harga pokok produksi. Adapun keuntungannya relati lebih keci karena ada pembagian hasil.
- Sistem maklun
Sistem maklun disebut juga sistem manajemen fee. Sistem ini berkembang pesat di daerah Priangan Timur, seperti Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar. Konsep sistem maklun adalah kerja sama antara inti dan plasma di mana inti menyediakan sapronak dan plasma menyediakan kandang. bahan operasional pemeliharaan dan tenaga kerja. Besar kecilnya keuntungan bagi mitra dibayar berdasarkan IP (Indeks Produksi) yang ditetapkan oleh inti yang dihitung per ekor ayam yang terpanen. Segala sesuatu ditentukan oleh inti. baik jenis DOC, pakan, dan waktu panen. Plasma tidak diperbolehkan menjual ayam sendiri karena prinsipnya ayam adalah milik plasma.
Kelebihan sistem Ini adalah peternak plasma tidak menanggung kerugian sama sekali (tidak wajib membayar hutang). kecuali kerugian yang diakibatkan oleh biaya operasional yang telah dikeluarkan. Kerugiannya adalah keuntungan bisa dibilangsangat tipis, bahkan bisa rugi operasional jika IP yang dihasilka di bawah standar.
Keuntungan untuk inti adalah biaya operasional pemeliharaan relatif kecil karena keuntungan yang harus dibayarkan sebagai kompensasi pemeliharaan dihitung berdasarkan IP. Kerugian adalah segala kerugian ditanggung oleh pihak inti, termasuk kerugian akibat kenakalan plasma yang menjual ayam tanpa sepengetahuan inti.
Segmen pasar ayam broiler berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, tergantung pola konsumsi masyarakatnya. Oleh karena itu, segmentasi bisnis ayam broiler pun bermunculan.
Penguasa segmen pasar ini akan mampu meningkatkan keuntungan peternak dan meminimalisir kerugian yang timbul akibat mekanisme pasar. Hal tersebut karena peternak (terutama mandiri) akan memproduksi ayam berdasarkan kapasitas, harga, dan permintaan pasar.
Bisnis ayam broiler digolongkan dalam empat segmen bisnis. yaitu ayam ukuran besar, ayam ukuran sedang, ayam ukuran kecil dan ayam torolok
- Segemen Ayam Besar
Segmen ayam besar adalah segmen ayam broiler dengan ukuran lebih dari 1,8kg per ekor. Dagingnya akan diolah industri menjadi chicken nugget, sosis, dan katsu. Selain itu, tukang-tukang satai juga lebih menyukai ayam besar karena dagingnya tebal sehingga mudah di-fillet dan dipotong-potong.
Keuntungan yang didapat peternak bisa maksimal jika harga dan performance ayamnya bagus. Namun, kerugian yang ditimbulkan juga berpotensi besar jika harga maupun performance ayam kurang baik. - Segmen Ayam Sedang
Ukuran ayam yang masuk dalam segmen ayam sedang adalah 1,4-1,8 kg per ekor. Ukuran ini merupakan ukuran yang banyak dibutuhkan oleh rumah potong unggas untuk keperluan restoran cepat saji, seperti CFC, McDonald, KFC, pedagang-pedagang fried chicken, dan warung-warung makan lainnya. - Segmen Ayam Kecil
Segmen ayam kecil adalah segmen ayam broiler dengan ukuran panen 0,8-1,4kg per ekor. Waktu panen sangat singkat, mulai umur 21-29 hari tergantung pertumbuhan ayam. Ukuran ayam ini banyak dibutuhkan untuk pedagang kaki lima (ayam bakar atau ayam goreng), warung-warung padang, maupun bisnis katering.
Meskipun keuntungan perekor lebih kecil, waktu pemeliharaannya singkat dan resikonya relatif lebih rendah. Jika diakumulasikan dalam satu tahun, keuntungannya tidak kalah dengan panen ayam ukuran besar atau ayam ukuran sedang, Selain itu, kapasisat kandang bisa 2 kali lebih banyak dari panen ayam besar atau 1,5 kali dari panen ukuran sedang. - Segmen Ayam Torolok
Ayam torolok adalah ayam dengan ukuran ekstrim dibawah bobot ayam normal pada umur yang sama (30-40% di bawah bobot rata-rata). Ayam torolok harus dipanen lebih dahulu karena hanya akan menghambur-hamburkan pakan jika dibesarkan.
Meskipun merugikan, peternak tetap harus mengenal segmen ini. Kasus torolok hampir pasti akan dialami oleh peternak, baik yang disebabkan oleh kualitas DOC dan pakan yang jelek maupun manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Segmen ini harus diketahui untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
0 Response to "Agribisnis Ayam Broiler"
Post a Comment